Oleh: Masyhud SM & Sanihu Munir . Para penginjil yang membutakan diri terhadap keabsahan Amanat Agung, mengajarkan Iman Kristia...
Oleh: Masyhud SM & Sanihu Munir
.
Para penginjil yang membutakan diri terhadap keabsahan Amanat Agung,
mengajarkan Iman Kristiani tentang: Firman adalah Tuhan, kemudian Firman
itu menjadi manusia bernama Yesus, dan Yesus itu adalah Firman yang
Hidup. Dapatkah pengajaran ini dipercaya sebagai ajaran Tuhan?
Doktrin ini berdasarkan pada Yohanes 1:1-18 yang berbunyi:
(1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah
dan Firman itu adalah Allah. (2) Ia pada mulanya bersama-sama dengan
Allah. (3) Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada
suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. (4) Dalam
Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. (5) Terang itu
bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. (6)
Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; (7) ia datang
sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh
dia semua orang menjadi percaya. (8) Ia bukan terang itu, tetapi ia
harus memberi kesaksian tentang terang itu. (9) Terang yang
sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.
(10) Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi
dunia tidak mengenal-Nya. (11) Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya,
tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. (12) Tetapi
semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak
Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; (13) Orang-orang yang
diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara
jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. (14)
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita
telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya
sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. (15)
Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: “Inilah Dia,
yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang
Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.” (16)
Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi
kasih karunia; (17) Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih
karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. (18) Tidak seorang pun
yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di
pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.
Ayat-ayat Yohanes 1:1-14 berasal dari hymne Platonis yang
diperkenalkan oleh Philo dari Alexandria ini. Bunyi kalimat pertama
adalah:
“Pada mulanya adalah Logos (firman), Logos (firman) itu bersama dengan Tuhan, dan Logos (firman) itu berasal dari Tuhan.”
Penyalin Kitab Yohanes kemudian mengadopsi hymne ini dan
menempatkannya sebagai pembukaan Injil Yohanes, lalu merubah kalimat:
“Logos itu berasal dari Tuhan” menjadi “Firman itu adalah Tuhan.”
Pencaplokan ajaran Platonis oleh penyalin Injil Yohanes ini,
dijelaskan oleh bapa gereja Santo Agustinus dalam bukunya The Confession
of St. Augustine di bawah sub judul ‘Kitab Suci dan Filsafat Penyembah
Berhala’ sebagai berikut:
“…Book of the Platonis that had been translated ou of Greek into Latin. In then I read, not indeed in these words but much the same thought, enforced by many varied arguments that: In the beginning was the word, and the word was with God and the word was God. All things were made by him, and without gim nothing was made.”
“… Buku filsafat Platonis yang telah diterjemahkan dari bahasa Yunani
ke bahasa Latin. Di dalamnya saya baca, walaupun tidak sama persis
tetapi jalan pikirannya sama, didukung dengan berbagai argumen bahwa:
Pada mulanya adalah firman, dan firman itu bersama Tuhan, dan firman itu
adalah (dari) dari Tuhan. Segala sesuatu dijadikan oleh dia (firman)
dan tanpa dia (firman) tidak ada yang dijadikan.”
Catatan kaki Alkitab The New Testament of the New American Bible,
1970 hal. 203, memperkuat pendapat bahwa Yohanes 1:1-18 bukanlah bagian
Injil Yohanes, melainkan karya lepas yang kemudian dimasukkan menjadi
pembuka kitab Yohanes tersebut:
“John 1:1-18; “The prologue is a hymn, formally poetic in style – perhap originally an independent composition and only later adapted and edited to serve as an overture to the Gospel.”
“Yohanes 1:1-18; pembukaan ini merupakan hymne berbentuk syair –
mungkin berasal dari karya bebas, yang kemudian baru dikutip dan diedit
untuk berperan sebagai pembuka Injil.”
Para penginjil juga memperkenalkan konsep ketuhanan Trinitas yang
ternyata sama sekali tidak akan pernah kita temukan dalam Alkitab,
kecuali pada surat kiriman Yohanes pertama 5:6-8 yang ayat-ayatnya juga
diakui palsu oleh pihak Gereja sendiri.
Ayat tersebut berbunyi:
(6) Inilah dia yang datang dengan air dan darah, Yesus Kristus. Ia
tidak datang dengan air saja, melainkan dengan air dan darah. Dan Rohlah
yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran.
(7) Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.
(8) Dan Ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu.
Pada edisi Indonesia, sebelum mendapat kritikan, kalimat mulai dari
kata “di sorga” pada ayat 7 sampai kata “di bumi” pada ayat 8, tidak
diberi tanda kurung. Tetapi setelah mendapat kritikan tajam dari
kalangan gereja sendiri, kalimat tersebut diberi kurung sebagai tanda
bahwa ayat itu merupakan tambahan belaka.
Edisi Indonesia ini bisa dibandingkan dengan The Holy Bible New International Version yang berbunyi:
(6) This is the one who came by water and blood – Jesus Christ. He did not come by water only, but by water and blood. And it is the spirit who testifies, because the spirit is the truth.
(8) The spirit, the water and blood. And three are in agreements.
(7) For there are three that testify.
Kasus pemalsuan ayat ini mendapat tanggapan dari para tokoh gereja
sendiri seperti Dr.G.C. Van Niftrik dan D.S. B.J. Boland dengan
mengatakan:
“Di dalam Alkitab tidak diketemukan suatu istilah yang dapat diterjemahkan dengan kata “Tritunggal” atau pun ayat-ayat tertentu yang mengandung dogma tersebut, mungkin terdapat dalam I Yahya (Yohanes) 5:6-8. Tetapi sebagian besar dari ayat itu agaknya belum tertera dalam naskah aslinya. Bagian itu setidak-tidaknya harus diberi kurung.”
Begitu pula Jerry Falwell, tokoh Kristen radikal terkemuka di Amerika Serikat ini mengatakan:
“The rest of verse 7 and the first nine words of verse 8 are not original, and are not to be considered as a part of the words of God.”
“Kalimat terakhir pada ayat 7 dan sembilan kata pertama pada ayat 8 tidak asli, dan tidak bisa dianggap sebagai firman Tuhan.”
Benarkah Alkitab Inspirasi Tuhan?
Doktrin Kristiani lainnya adalah bahwa para penulis Alkitab –terutama
kitab Injil– dalam menulis ayat-ayat berdasarkan inspirasi (ilham) dan
bimbingan dari Roh Kudus. Sehingga apa yang ditulis oleh mereka itu
pasti benar tanpa kesalahan. Begitu pula bapa-bapa gereja atau
orang-orang suci Kristiani memiliki otoritas atas bimbingan dan
inspirasi dari Roh Kudus untuk menulis tambahan ayat-ayat pada Alkitab.
Dengan demikian tambahan tersebut dianggap sah dan suci.
Tetapi kepercayaan penulisan Alkitab berdasarkan atas inspirasi dari
Roh Kudus ini dibantah sendiri oleh penulis Injil Lukas yang berbunyi:
“Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu
berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita,
semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku
menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku
mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya
engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu
sungguh benar.” (Lukas 1:1-4)
Pada ayat ini disebutkan, Lukas menulis kitab ini berdasarkan atas
cerita yang telah didengarnya dari orang lain, bukan berdasarkan atas
inspirasi dari Roh Kudus.
Jika dalam penulisan Injil, para penulisnya mendapatkan bimbingan
dari Roh Kudus, mengapa kita menemukan banyak sekali kesalahan dan
pertentangan dalam Alkitab, terutama pada Injil Matius, Markus, Lukas
dan Yohanes, sebagaimana yang diungkapkan dalam buku ini.
Hal ini membuktikan bahwa penulisan Alkitab dan tambahan ayat-ayatnya
bukan berdasarkan atas inspirasi atau bimbingan dari Roh Kudus,
melainkan atas dasar kemauan orang-orang Gereja sendiri. Padahal umat
Kristen percaya bahwa Yesus pernah memperingatkan mereka:
“Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.” (Matius 15:9)
Dengan demikian, Amanat Agung yang katanya berasal dari Yesus itu
adalah Amanat Palsu. Semua ajaran yang disampaikan oleh para penginjil
seperti doktrin Yesus adalah Firman Hidup, Trinitas, penulisan Alkitab
berdasar inspirasi Roh Kudus, adalah bohong besar.
Allah berfirman dalam al-Qur’an:
“Maka kecelakaan yang besar bagi orang-orang yang menulis (ayat-ayat)
dengan tangan mereka, kemudian mereka mengatakan bahwa (ayat-ayat) ini
berasal dari Allah, untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit dari
perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa
yang ditulis oleh tangan-tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah
bagi mereka akibat dari perbuatan mereka sendiri.” (Qs. Al-Baqarah 79)
Lebih detilnya, buku “Dokumen Pemalsuan Alkitab” yang ditulis oleh Molyadi Samuel AM mengungkap pemalsuan Alkitab (Bibel) dan membuktikan bahwa Alkitab yang disucikan oleh umat Kristen ini bukanlah dari Tuhan, melainkan hanyalah tulisan manusia tanpa bimbingan dari Roh Kudus, sehingga banyak ditemukan kesalahan.
(Disarikan dari Kata Pengantar buku “Dokumen Pemalsuan Alkitab,
Menyambut Kristenisasi Berwajah Islam” karya Molyadi Samuel AM., Victory
Press Surabaya, Cetakan III, hlm. vii-xiii).
COMMENTS