Ilustrasi Q.s Al Baqarah[2]: 223, yang biasanya sering dipakai oleh para Orientalis untuk merendahkan perempuan Muslim. Di bawah ini ...
Ilustrasi |
Q.s Al Baqarah[2]: 223, yang biasanya sering dipakai oleh para Orientalis untuk merendahkan perempuan Muslim.
Di bawah ini saya tuliskan ayatnya, dan mudah-mudahan tidak salah:
"Nisaa-ukum
hartsun lakum fa'tuu hartsakum annaa syi'tum wa qaddimuuli anfusikum
wattaqullaah wa'lamuu annakum mulaaquuhu wa bassyirilmu'miniin"
Terjemahannya yang biasa dibaca:
"Isteri-isteri
kamu itu ladangmu, Datangilah sebagaimana yang kamu kehendaki, Berbuat
baiklah untuk dirimu, Bertakwalah kamu, Ketahuliah bahwa kamu akan
bertemu dengan-Nya, Berilah kabar gembira kepada orang-orang mu'min"
Nah, biasanya ayat 2:223 ini hanya diambil yang "isteri-isterimu itu ladangmu",
lalu ada yang memberikan intersepsi "seperti" ladangmu.
Jadinya
ayat itu biasa digunakan oleh para kiai untuk mendatangi isteri sesuka
hatinya [suami] dan bebas memperlakukan isterinya dalam hal seksual.
Katanya,
karena isteri itu ladang, atau seperti ladang, maka suami boleh
mengayunkan cangkulnya kapan dan bagaimana, serta dari mana memulai.
Dan para pengkritik dari Anti Islam, justru mengambil ayat ini sebagai bukti bahwa Islam merendahkan perempuan.
Herannya, tak ada yang mencoba membahas kalimat berikutnya yang ber-bunyi
"berbuat baiklah sebelumnya untuk dirimu",
dan tidak mencoba mengungkap apa makna "bertakwalah kepada Allah" dalam kaitan ayat isteri sebagai ladang. Terus apa makna "kamu akan menemuiNya" dalam kaitan ayat tersebut.
Saya
kalau membaca tafsir memang jadi mengangguk-angguk, betapa para ulama
kita sering hanya mencomot bagian ayat untuk kepentingannya[sebagai
laki-laki, dan golongan agamanya].
Ayat Al Quran memang
sering berupa metafor, permisalan, atau perumpa-maan. Tapi kalau
metafor itu diambil tidak utuh, maka akan menyesatkan para pembacanya
atau umat Islam sendiri.
Harts atau ladang adalah
harta-benda tertinggi nilainya di wilayah padang pasir waktu itu.
Karenanya, zakat untuk hasil sawah-ladangpaling tinggi, yaitu 5% untuk
yang dirawat dan 10% untuk yang dibiar-kan secara alami. Bandingkan
harta benda [termasuk emas] yang cuma2,5% besarnya!
Dengan
demikian metafor "isteri" sebagai "ladang" sebenarnya menempat-kan
perempuan sebagai sesuatu yang tak ternilai. Artinya, laki-laki atau
suami harus memperlakukan sebaik-baiknya, berhati-hati, agar tidak
membuat cacat isteri.
Kalau dibaca pada zaman sekarang,
isteri pun tidak mau diperlakukan berlebihan oleh suami. Sebab segala
yang berlebihan itu kalau terjadi petaka, sakitnya bukan alang kepalang.
Namun, melihat konteks Arab yang tidak menghargai perempuan, maka
metafor Al Quran tersebut sangatjitu bagi upaya kesetaraan gender.
Nah, lucunya, kalimat "maka datangilah sebagaimana yang kamu kehendaki" justru digunakan sebagai alasan untuk berbuat semau guebagi suami terhadap isterinya. Orang lupa terhadap ayat "waqaddimuuli anfusikum",
lakukan kebajikan sebelumnya untuk kalian [hai... suami-isteri]. Lalu, sambungan ayat "wattaqulaah" juga dilupakan. Lalu, apa Hubungannya dengan menemui Tuhan?
Kalau
ayat tersebut dibaca secara utuh, dan memahami gaya bahasa Arab
bagaimana "mendahulukan" dan "mengakhirkan" sebuah kalimat utuh,
makakita akan menemukan makna yang sangat dalam, dalam hubungan
suami-isteri.
Cobalah pahami bagian ayat "waqaddimuu li anfusikum"
terlebih dulu. Maka yang terasa diperintah itu adalah kedua belah
pihak, baiksang suami maupun isteri. Jika yang membaca ayat tersebut
isteri, maka yang terasa diperintah Tuhan ya sang isteri. Jika yang
membaca suami,maka suami yang merasa diperintah.
Jadi
kalau bahasa Inggreis "the blue sky" jangan dibaca "blue"-nya dulu nanti
jadi "biru langit" dan bukan "langit yang biru". Jauh artinya,lho.
Demikian pula ayat tadi, "harts" hanyalah metafor.
Bukan
sebagai kalimat berita! Bukan pula sebagai kenyataan bahwa isteri itu
ladang.Karena itu pahami dulu, mana yang perintah. Dengan demikian,
sebelum salah satu pasangan suami isteri itu mendatangi atau mengajak
bercanda ria untuk memenuhi hajatnya, maka masing-masing pihak, suami
atau isteri harus melakukan kebajikan lebih dahulu. Inilah etika
berceng-kerama suami isteri.
Lalu, ayat mendatangi
ladang sebagaimana yang kalian kehendaki, berarti dalam suatu kerangka
"kebajikan" yang dilakukan. Bukan berlaku sebagai binatang liar.
Berbuat
kebaikan sebelum bercanda ria, antara lain, telah membersihkan tubuh,
telah menjaga isi perut supaya tidak terasa lapar atau kekenya-ngan,
membersihkan mulut, menggunakan wewangian yang disukai pasangan-nya,
mengatur keredupan lampu, bila sudah lewat jam tidur dan anak-anak belum
juga tidur, meminta izin kepada anak-anak bahwa kita ingin beris-rahat,
dan berbagai kebajikan....
Nah, masyiah atau kehendak di sini harus dalam kerangka "taqaddim",saling
melakukan kebajikan. Bila sebelum canda suami-isteri kita sudah
melakukan kebajikan, maka selama bercanda-ria itu kita harus "takwa
kepada Allah", memelihara dan menjaga hukum-hukum Allah dalam canda ria
tadi. Saling menjaga keawetan dalam permainan, saling memberi kode
bilasejenak beristirahat agar awet bermain, saling membersihkan bila
terasa bearair [maaf ini harus disampaikan], menyerap keringat yang
bercucuran pada badan. Dengan cara ini orgasme tidak mudah terjadi.
Seperti
orang makan. Sesondak makanan yang masuk mulut harus dikunyahdengan
baik. Hingga terjadi proses enzimasi yang terasa manis dan nik-mat di
mulut, baru kemudian ditelan dan dimasukkan lagi sesuap nasi,dan
setrusnya...... Begitu pula dalam cengkerama, tak perlu ada
keter-gesaan. Bisa diselingi istirahat berkali-kali tanpa orgasme. Kita
pelihara hukum-hukum Allah di situ. Jika terlalu cepat bersemangat,
yang laki-laki selesai duluan. Bila terlalu kuat yang laki-laki, yang
perempuan selesai duluan. Jadi, hukum seiring sejalan dipelihara.
Bila
sudah dianggap pada titik selesai bersama, maka semuanya disepa-kati
untuk selesai bersama..... dan tercapailah "wa'lamuu annakummulaaquuhu",
ketahuilah bahwa kalian menemui-Nya".
Ya.., seksual
yang berhasil akan memperoleh kenikmatan dan sekaligus merasakan
terjadinya pencerahan. Pikiran kedua pihak terasa cerah.Bagun pagi tiada
rasa lelah. Selama seminggu masing-masing pasangan senyum meriah.
Sehingga di ayat yang lain digambarkan bahwa orang-orangyang ada di
dalam surga itu "berseri-berseri" memandang Tuhan mereka.
Penutup ayat adalah "wabassyiril mukminiin", dan 'kegembiraan' ini kabarkan kepada teman-temanmu yang mukmin.
semoga bermanfaat bagi kita semua.
Wassalam,
COMMENTS